Dinding sel tersusun oleh zat organik dan anorganik.
Zat-zat organik yang dijumpai pada dinding sel adalah: pektin, hemiselulosa, pentosan, protopektin, lignin, kutin, selulose, suberin, sapropolenin
Adanya zat-zat tersebut dapat diketahui dengan pembubuhan reagensia tertentu yang disebut reaksi mikrokimia.
Zat-zat anorganik yang terdapat pada dinding sel antara lain: kersik (SiO2) dan zat kapur.
Sel terdiri dari:
- Komponen Protoplasmik : sitoplasma, nucleus, plastida, mitokondria
- Komponen Non Protoplasmik / benda-benda ergastik : vakuola, karbohidrat, protein, lemak, tanin, Ca-oxalat, dinding sel.
Dinding
sel pada sel yang masih muda adalah tipis, makin dewasa sel tersebut dinding selnya
relatif bertambah tebal, sehingga terbentuknya dinding sel sangat erat
hubungannya dengan perkembangan sel tersebut.
Penebalan dinding masing-masing
sel berbeda-beda karena disesuaikan dengan fungsinya, sehingga terdapat
perbedaan bentuk sel.
Reaksi mikrokimia pada dinding
sel:
1) Selulosa
Selulosa
merupakan polisakarida dengan rumus (C6H10O5)n. tidak larut dalam air, air mendidih,
asam dan alkali encer, serta KOH pekat. Dengan H2SO4 pekat dihidrolisa menjadi
glukosa. Oleh enzim selulase diubah menjadi glukosa dan fruktosa.
Selulosa (C6H10O5)n
adalah polimer berantai panjang polisakarida karbohidrat, dari beta-glukosa.
Selulosa merupakan komponen struktural utama dari tumbuhan dan tidak dapat dicerna
oleh manusia.
2) Hemiselulosa
Menyerupai
selulosa. Dengan asam encer dihidrolisa menjadi mannose + galaktosa. Dapat
dijumpai misal pada lendir tumbuhan.
Hemiselulosa yaitu polisakarida
yang mengisi ruang antara serat-serat selulosa dalam dinding sel tumbuhan.
Secara biokimiawi,
hemiselulosa adalah semua polisakarida yang dapat diekstraksi dalah larutan basa (alkalis). Namanya
berasal dari anggapan, yang ternyata diketahui tidak benar, bahwa hemiselulosa
merupakan senyawa prekursor (pembentuk) selulosa.
Monomer
penyusun hemiselulosa biasanya adalah rantai D-glukosa, ditambah dengan
berbagai bentuk monosakarida yang terikat pada rantai, baik sebagai cabang atau
mata rantai, seperti D-mannosa, D-galaktosa, D-fukosa, dan pentosa-pentosa seperti D-xilosa dan L-arabinosa.
Komponen
utama hemiselulosa pada Dicotyledoneae didominasi oleh xiloglukan, sementara pada
Monocotyledoneae
komposisi hemiselulosa lebih bervariasi. Pada gandum, ia didominasi oleh
arabinoksilan, sedangkan
pada jelai dan haver didominasi oleh beta-glukan.
3) Lignin
Zat kayu
yang terdapat pada dinding sel yang telah mengkayu.
Lignin atau zat kayu adalah salah satu zat komponen penyusun tumbuhan. Komposisi bahan
penyusun ini berbeda-beda bergantung jenisnya. Lignin terutama terakumulasi
pada batang tumbuhan berbentuk pohon dan semak. Pada batang, lignin berfungsi
sebagai bahan pengikat komponen penyusun lainnya, sehingga suatu pohon bisa
berdiri tegak (seperti semen pada sebuah batang beton).
Berbeda
dengan selulosa yang terbentuk
dari gugus karbohidrat,
struktur kimia lignin sangat kompleks dan tidak berpola sama. Gugus aromatik ditemukan pada
lignin, yang saling dihubungkan dengan rantai alifatik,
yang terdiri dari 2-3 karbon.
Proses pirolisis
lignin menghasilkan senyawa kimia aromatis berupa fenol, terutama kresol.
4) Suberin
Suberin adalah lapisan pelindung bagian tumbuhan di bawah tanah. Suberin
juga melindungi sel gabus yang terbentuk
pada kulit pohon oleh kegiatan penghancuran dari pertumbuhan sekunder, dan ini
terbentuk dari banyak sel sebagai jaringan luka setelah pelukaan (misalnya
setelah gugur daun dan pada luka umbi kentang yang akan ditanam).
Suberin juga
terdapat pada dinding sel akar yang tak terluka sebagai pita Caspari di endodermis
dan eksodermis serta di seludang berkas pembuluh
pada rerumputan.
Tumbuhan membentuk suberin bila perubahan secara fisiologis
atau perubahan perkembangan, atau faktor cekaman, menyebabkan tumbuhan perlu
menghambat difusi.
Tapi pada tingkat molekul, kejadian yang menyebabkan terbentuknya suberin belum
diketahui.
5) Pektin
Dapat
ditemukan pada dinding sel dari buah yang mengandung banyak gula. Bila buah
dimasak tampak beberapa zat gelatine.
Pektin merupakan segolongan polimer
heterosakarida yang
diperoleh dari dinding sel
tumbuhan darat. Pertama
kali diisolasi oleh Henri Braconnot tahun 1825. Wujud pektin yang
diekstrak adalah bubuk putih hingga coklat terang. Pektin banyak dimanfaatkan
pada industri pangan sebagai bahan perekat dan stabilizer (agar tidak
terbentuk endapan).
Pektin
pada sel tumbuhan merupakan penyusun lamela tengah, lapisan
penyusun awal dinding sel.
Sel-sel tertentu, seperti buah,
cenderung mengumpulkan lebih banyak pektin. Pektinlah yang biasanya bertanggung
jawab atas sifat "lekat".
Penggunaan
pektin yang paling umum adalah sebagai bahan perekat/pengental (gelling
agent) pada selai
dan jelly. Pemanfaatannya sekarang meluas sebagai bahan pengisi,
komponen permen, serta sebagai stabilizer untuk jus buah dan minuman dari
susu, juga sebagai sumber serat
dalam makanan.
6) Khitin
Dapat ditemukan pada dinding sel Fungi (jamur).
Kitin adalah polisakarida
struktural yang digunakan untuk menyusun eksoskleton dari artropoda (serangga, laba-laba, krustase, dan hewan-hewan
lain sejenis).
Kitin tergolong homopolisakarida linear yang tersusun atas residu N-asetilglukosamin pada
rantai beta dan memiliki monomer berupa molekul glukosa dengan cabang yang
mengandung nitrogen.
Kitin murni mirip dengan kulit, namun akan mengeras ketika dilapisi dengan
garam kalsium karbonat. Kitin
membentuk serat mirip selulosa
yang tidak dapat dicerna oleh vertebrata.
Kitin adalah polimer
yang paling melimpah di laut. Sedangkan pada kelimpahan di muka bumi, kitin
menempati posisi kedua setelah selulosa. Hal ini karena kitin dapat ditemukan
di berbagai organisme eukariotik termasuk serangga, molusca, krustase, fungi, alga, dan protista.
7) Mannan
& Galaktan
Mannan merupakan tanaman
polisakarida
yang merupakan polimer
dari gula
mannose
. Hal ini umumnya ditemukan dalam ragi, bakteri dan tanaman. Hal ini
menunjukkan α (1-4) linkage. Ini adalah bentuk polisakarida penyimpanan.